Lurah Martoba, Ade Kurnia Harchan, S.E. (Foto/Ari). |
SIANTAR - nduma.id
Kesenjangan sosial masih menjadi masalah yang kompleks di Indonesia.
Program-program kesejahteraan sosial, seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), dirancang untuk membantu keluarga yang membutuhkan.
Namun, di Kelurahan Martoba, Kecamatan Pematang Siantar Utara, masyarakat mengindikasikan adanya dugaan penyalahgunaan program-program ini.
Sejumlah masyarakat di Kelurahan Martoba, Kecamatan Sianțar Utara, Kota Pematangsiantar mengaku resah.
Seperti, keberadaan relawan kelurahan yang dikatakan mengintimidasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH dan BNPT untuk berbelanja di E-Warung tertentu.
Warga mengaku bahwa KPM merasa dieksploitasikan oleh partai politik tertentu, sehingga bantuan sosial tersebut dijadikan sebagai alat kepentingan politik.
Bahkan, spanduk caleg ditempel di tempat pengambilan bantuan Raskin atau sembako, menciptakan perspektif bahwa bantuan sosial ini berasal dari partai atau caleg tertentu.
Ini di nilai bertentangan.
"Ditempat pengambilan bantuan Raskin atau sembako itu ada gambar Caleg," kata pria paruh baya kepada awak media, Sabtu (27/1/2024) kemarin
Hal itu di nilainya mencederai program pemerintah pusat.
Warga berharap Pemko Siantar mengevaluasi tugas dinas sosial, camat dan lurah dalam hal melaksanakan pengawasan program kesejahteraan keluarga harapan, dan mengoptimalkan kinerja RT/RW dalam pendataan calon KPM.
Lurah Martoba, Ade Kurnia Harchan, S.E mengatakan sistem pendaftaran calon penerima PKH dan BPNT dilakukan secara online.
" Kalau pendaftarannya dilakukan secara online, kemudian data tersebut di Verval. Artinya yang menentukan layak atau tidak untuk menerima bantuan itu bukan dari kami bang," terang Ade Kurnia Harchan, Senin (29/1/2024).
Kemudian, lurah Martoba yang sudah menjabat selama 2 tahun itu menceritakan tentang penyaluran bantuan BPNT di wilayahnya.
"Untuk penyalurannya ada 2 lokasi yaitu di tempat Leni Pane dan Irma Suryani Sitorus," lanjut Ade Kurnia.
Lebih lanjut lurah itu menceritakan jenis bantuan pangan non tunai itu berupa sembako.
"Kalau Sembako yang diberikan berupa beras 10 Kg, buah jeruk atau kacang hijau, dan telur, yang kalau keseluruhannya itu senilai Rp. 200.000," sambung Ade Kurnia.
Ketika ditanya soal spanduk caleg yang ditempel di tempat penyaluran sembako, lurah Martoba itu mengatakan bahwa dirinya baru mengetahui berkat informasi yang disampaikan awak media.
" Nanti kita lakukan pembinaan, dan tempat itu. sebenarnya bukan disitu tempat penyaluran, hanya saja itu dijadikan sebagai gudang penyimpanan sementara," kata Ade Kurnia.
Hal Senada disampaikan, Yusniati (52) selaku relawan yang juga ketua RW 03 lingkungan 3 mengatakan bahwa dirinya mendampingi KPM.
" Tugas yang kulakukan adalah Verval data yang diberikan dinas sosial, mendampingi pembagian BPNT dan mendampingi masyarakat yang mendapat undangan dari kantor POS yang mendapat pembagian bantuan," terang Yusniati didampingi lurah saat diwawancarai awak media.
Yusniati mengaku dirinya sudah 10 tahun menjadi relawan, 15 tahun menjadi kader posyandu, 15 tahun kader Keluarga berencana dan sudah setahun menjadi kader stunting di kelurahan Martoba
"Sebelumnya jumlah relawan disini ada 4 orang yaitu, flora, Erna Suriani Sitorus, Yeni dan Yusniati," kata Yusniati.
Selanjutnya awak media bermaksud mengkonfirmasi Camat Siantar.
Sayangnya tidak berada di kantornya karena sedang rapat di Bappeda.
"Pak Camat Gak ada di kantor bang. Lagi rapat diruang Bapedda," kata salah seorang pegawai yang berkacamata di kantor camat itu.
Kepala Dinas Sosial juga saat di sambangi awak media tidak berada di kantornya.
"Pak Kadis lagi rapat diruang serbaguna. Kayaknya rapat dengan ibu wali Pak kadis," ujar salah seorang pegawai kepada awak media.
Penulis : Ari
Editor : Rudi