Arianto Sitorus. (Foto/Istimewa). |
Siantar - nduma.id
Perhelatan Pesta demokrasi untuk memilih calon legislatif (Caleg) akan berlangsung 14 Februari 2024 mendatang.
Para caleg yang diusung oleh partai politik bersaing memperebutkan suara rakyat supaya dapat menempati ruang gerak di gedung DPR sebagai perwakilan rakyat.
Nantinya menjalankan tugas dan fungsinya sesuai konstitusi Negara berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia.
Dalam perjalanannya, sang legislatif akan mendapatkan kemudahan-kemudahan yang diatur oleh undang-undang selama 5 tahun.
Bahkan, para anggota legislatif berhak mendapatkan fasilitas yang diakomodir oleh APBD seperti mobil dinas dan biaya perjalanan.
Di masa pemilu ini, penulis mengharapkan para kompetitor harus berkemampuan melakoni potensinya sebagai calon anggota legislatif dalam menghadapi pemilih mereka.
Namun di era pemilu ini, fenomena politik transaksional masih merajalela.
Para caleg harus memenangkan hati masyarakat dengan cara yang sebenarnya mengarah ke transaksi.
Meski ada sebagian kecil menolak budaya transaksional itu namun masih belum mendominasi.
Seiring dengan itu, para caleg yang tidak mempunyai logistik pun akan tertinggal jauh di belakang para pesaingnya.
Sehingga, akhir dari pesta demokrasi bukanlah harapan rakyat, melainkan hanya kepentingan sendiri atau kelompok.
Ketika pemerintahan terpilih dan dilantik, banyak masyarakat yang merasa kecewa akibat hilangnya komunikasi antara para legislatif dan rakyat.
Rakyat merasa bahwa suara mereka sudah dibeli dan hubungan dengan wakil mereka pun terputus.
Kekecewaan dan transaksi politik membuat pemilihan umum yang seharusnya menjadi pesta demokrasi, seakan menjadi pesta kelompok elit.
Perhelatan pencalonan acap kali menghasilkan rasa kecewa masyarakat.
Sebagai pemilih, penulis mengajak bijak memilih para calon legislatif dengan persyaratan yang bukan hanya program dan standard moral yang dipilih, namun juga kinerja caleg di masa lalu.
Dengan cara ini, kita dapat memilih para caleg yang benar-benar memiliki gagasan positif dan mementingkan rakyat diatas segalanya.
Terakhir penulis berharap Fenomena pemilu, pesta demokrasi atau pesta rakyat tidak merubah karakter rakyat di tatanan.
Mari kita jaga pesta demokrasi agar tidak menjadi pesta transaksi bagi kelompok elit, melainkan pesta yang dapat menjanjikan masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.
Tanpa menepis kinerja penyelenggara Pemilu 2024.
Selamat bertanding Salam Demokrasi.
Tajuk di tulis : Arianto Sitorus Pane, S.Pd.
Redaktur : Rudi
Penulis merupakan Alumni FKIP USI, dan aktif sebagai Jurnalis di Media online nduma.id