Suasana rapat koordinasi dengan sejumlah OPD Pemkab Dairi. (Foto/Istimewa). |
DAIRI, Sidikalang – nduma.id
Mengantisipasi kekerasan terhadap anak khususnya di Kabupaten Dairi Sumatera utara, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan anak dan pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Kabupaten Dairi terus bekerja.
Senin 31 Juli 2023, tim dari Dinas P3AP2KB ini menggelar rapat koordinasi dengan sejumlah OPD Pemkab Dairi di Puspaga Kekelengen, Jl. KB Nomor 3 Sidikalang.
Kadis P3AP2KB Dairi dr. Ruspal Simarmata di rapat itu mengatakan Pemerintah Kabupaten Dairi saat ini bekerja semaksimal mungkin, agar kasus dugaan kekerasan seksual terhadap anak di Dairi terus berkurang.
Kepada seluruh masyarakat Kabupaten Dairi, Ruspal menghimbau agar segera melaporkan jika mengetahui dalam keluarga terdekat adanya kekerasan seksual terhadap anak.
“Jika ada yang mengalami, silahkan langsung laporkan. Tidak perlu takut, karena kita sebagai pemerintah hadir untuk melakukan penanganan sebaik mungkin. Segala identitas dan keselamatan para korban kita jamin,” ujarnya.
Dia menjelaskan kekerasan seksual pada anak atau child sexual abuse adalah suatu bentuk penyiksaan oleh orang dewasa atau orang yang lebih tua terhadap anak untuk rangsangan seksual.
Saat ini, kasus kekerasan seksual pada anak disebutnya terus meningkat dan menjadi fenomena gunung es sebab banyak korbannya takut untuk melapor kepada orang tua atau keluarga.
Selain itu, karena ada ancaman dari pelaku serta stigma yang menganggap bahwa kekerasan seksual merupakan aib.
Dikatakannya, tingkat kekerasan seksual terhadap anak perempuan ternyata tiga kali lebih tinggi daripada anak laki-laki.
Yang lebih mengejutkan, pelaku kekerasan seksual umumnya orang terdekat, seperti ayah tiri, guru, paman, kakek, kakak, atau bahkan ayah kandung si anak sendiri.
Faktor menyebabkan kekerasan seksual anak salah satunya ialah kurangnya pendidikan agama pada anak, kurangnya pendidikan seksual pada anak sesuai usia, juga kemiskinan, pengangguran, dan globalisasi informasi.
Di Indonesia sendiri mengenalkan pendidikan seksual kepada anak masih dianggap tabu.
Padahal komunikasi orang tua dan anak dalam pendidikan seks merupakan hal yang penting dilakukan.
Dengan begitu, anak dapat mengenali perilaku mana yang harus dihindari serta akibat yang muncul dari tindakan asusila itu.
Ada 4 hal yang bisa dilakukan orang tua untuk menjaga anak dari perilaku kekerasan ini.
Pertama, mengajarkan kepada anak sejak dini agar memahami privasi terkait daerah-daerah tubuhnya, mana yang privat yang boleh disentuh atau tidak oleh orang lain, juga bagaimana kasih sayang diekspresikan dalam bentuk sentuhan serta pentingnya untuk berani berkata tidak apabila anak merasa tidak nyaman apabila disentuh atau dipangku oleh orang lain.
Kedua, harus membatasi akses siapa saja yang dapat masuk ke kamar pribadi anak.
Ketiga, orangtua harus lebih selektif dalam memilih sekolah anak.
Keempat, orangtua harus dapat mengenali tanda anak yang mengalami kekerasan seksual. Apabila ada perubahan sikap maupun emosional anak, orangtua harus waspada.
Dia mengatakan ada tiga dampak yang timbul pada korban kekerasan dan pelecehan seksual, yaitu dampak psikologis, fisik, dan sosial.
Kekerasan seksual terhadap anak akan berdampak panjang, baik masalah kesehatan maupun trauma yang berkepanjangan, bahkan hingga anak dewasa.
Trauma yang diakibatkan oleh kekerasan seksual yang dialami anak mengakibatkan hilangnya kepercayaan anak terhadap orang dewasa sehingga menjadikan anak enggan bercerita.
Trauma secara seksual akan berdampak pada anak bahkan hingga anak dewasa.
Anak adalah generasi penerus yang merupakan aset bangsa dan negara sehingga pencegahan kekerasan seksual pada anak merupakan upaya penyelamatan masa depan bangsa.
Penulis : Raden
Editor : Rudi