Agung Darmono,Perekayasa Madya, Balai Perikanan Budidaya Laut Batam, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP foto bersama dengan Bupati Pakpak Bharat. (Foto/Kominfo Pakpak Bharat).
PAKPAK BAHRAT, Salak - nduma.id
Dalam rangka peningkatan ketahanan pangan khususnya
dari sektor pertanian dan perikanan. Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat akan
mengembangkan budidaya ikan dengan teknologi sistem bioflok. Teknologi ini
dikatakan banyak diterapkan diluar Provinsi Sumatera Utara.
Prinsip kerja bioflok adalah mengubah senyawa
organik dan anorganik yang mengandung karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen
menjadi massa lumpur atau sludge. Cara ini didapatkan dengan menggunakan
bakteri pembentuk flok yang memiliki sifat biopolymer polihidroksil alkanoat
sebagai ikatan bioflok tersebut.
Agung Darmono,S.Pi, Perekayasa Madya, Balai
Perikanan Budidaya Laut Batam, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP,
menjelaskan Sistem Bioflok adalah salah satu teknologi budidaya ikan, yakni
suatu teknik budidaya melalui rekayasa lingkungan yang mengandalkan pasokan
oksigen dan pemanfaat mikroorganisme yang secara langsung dapat meningkatkan
nilai kecernaan pakan.
" Untuk di Provinsi Sumatera Utara, Sistem
Bioflok ini baru diterapkan di dua kota yaitu di Kabupaten Pakpak Bharat dan
kota Siantar," kata Agung Selasa (08/03/2022).
Menurut
Agung Darmono penerapan sistem bioflok melalui rekayasa lingkungan
dengan mengandalkan suplai oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme mampu
menjadikan hasil panen melonjak tiga kali lipat dibanding sebelumnya.
"Jika kita perbandingkan dengan budidaya
sistem konvensional adalah sistem bioflok ini tidak banyak memakan tempat
sehingga untuk daerah perkotaan juga sangat cocok diterapkan. Sistem bioflok
ini juga hemat air karena tidak ada pergantian air tetapi hanya memerlukan
penambahan air sedikit setiap hari saja
serta bisa memelihara dengan kepadatan tinggi,” katanya.
Inovasi teknologi budidaya ikan ini membuat
penggunaan pakan lebih efisien.
Dimisalkan pada metode budidaya konvensional
nilai Feed Convertion Ratio (FCR) rata-rata sekitar 1,5 maka dengan teknologi
bioflok Feed Convertion Ratio (FCR) dapat mencapai 0,8 hingga 1,0. Artinya,
untuk menghasilkan 1 kg daging ikan pada sistem konvensional memerlukan sekitar
1,5 Kg pakan. Sedangkan dengan metode bioflok, hanya memerlukan 9,8 hingga 1,0
Kg pakan ikan.
Di berbagai daerah, bioflok terbukti efisien
dibanding sistem konvensional, bahkan meningkatkan produktivitas lebih dari 3
kali lipat. Contohnya pada kolam dengan rata-rata padat tebar 1.000 ekor/m3
dengan ukuran diameter 3 meter, maka dapat ditebar sekitar 3.000 ekor benih
lele.
Bupati Pakpak Bharat, Franc Bernhard
Tumanggor, menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Kementrian Kelautan & Perikanan
(KKP), karena Kabupaten Pakpak Bharat telah mendapat kuota alokasi Bioflok
untuk tahap awal sebanyak 6 kolam, dengan kapasitas 30 ribu ekor ikan nila.
Rencananya, program ini langsung dimulai
bulan depan, sehingga waktu panen
diperkirakan pada bulan Juni-Agustus depan.
"Dengan adanya program ini, selain memenuhi kebutuhan di Kabupaten Pakpak
Bharat juga diharapkan bisa memerangi
kasus stunting di Kabupaten Pakpak Bharat sebab protein yang terkandung
didalam ikan sangatlah tinggi." katanya.
Kadis Pertanian, Jabendeus Banjarnahor, mengatakan
program pengembangan sistem bioflok di Kabupaten Pakpak Bharat yang telah dialokasikan dari
KKP ini merupakan dukungan dari Bupati Pakpak Bharat yang peduli dengan sektor
perikanan terutama budidaya ikan air tawar.
"Kita sudah memberangkatkan SDM kita
dari seksi perikanan ke balai benih perikanan dan saat ini sudah pulang dan
siap untuk menerapkan bioflok kepada masyarakat. Distimulan dari pengembangan
bioflok juga sangat mendukung untuk penurunan angka stunting karena adanya
program biofolk ini secara otomatis bisa meningkat gizi di masyarakat,"
ujarnya. (Kominfo Pakpak Bharat).