Iklan Header

Selasa, 22 Maret 2022, 14:17 WIB
Last Updated 2022-03-22T11:27:32Z
Daerah

"Hahomion Martua Omaoma Pagabe Taon" Ritual Sakral di Silahisabungan

Kadis Pariwisata Kabupaten Dairi Rahmatsyah Munthe Tortor somba somba kepada Raja Turpuk. (Foto/Rudi).

DAIRI, Silahisabungan - nduma.id

Pagi 22 Maret 2022 di tepian Danau Toba di Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi Sumatera Utara hikmad.

Cuaca terlihat cerah dan sejuk. Alunan gendang khas Silalahi mengalun di sambut tarian tor-tor.

Masyarakat dari 8 turpuk di daerah ini menggelar Hahomion Martua Omaoma Pagabe Taon.

"Hahomion Martua Omaoma Pagabe Taon" adalah ritual memohon kepada yang maha kuasa untuk keberhasilan pertanian di Kecamatan Silahisabungan.

Ini merupakan tradisi yang telah diwariskan turun temurun oleh leluhur mereka.

"Ada banyak hasil pertanian tapi yang menghidupi kami bawang dan mangga, tapi yang dua inipun enggak bagus," kata Sondang Sihombing (40).

Isteri dari Antoni Petrus Rumasondi itu mengaku sejak Januari 2022 hingga Maret 2022 hasil pertanian di Silahisabungan di nilai gagal, bahkan setahun belakangan juga dirasakan seperti itu.

Disebut hasil pertanian tidak maksimal dan kalau hasil bagus harga anjlok.

Dari situ masyarakat bersepakat untuk melakukan ritual ini untuk memohon hasil pertanian yang lebih baik.

"Jadi mulai hari ini mudah mudahan bisa hasil bawang bagus. Pertanian lain juga," ujar Sondang.

Terakhir katanya ritual ini di gelar pada tahun 2008 lalu. 

"Saat itu ritual di gelar karena hasil pertanian kurang menguntungkan," jelasnya. 

Manguras Horbo. (Foto/Rudi)

Acara sakral itu di mulai dengan mengarak seekor Kerbau dari Gereja Khatolik di Desa Silalahi II menuju Tugu Silalahi di dusun Maras Desa Silalahi III.

Di halaman Rumah Parsaktian di areal Tugu Silalahi acara sakral ini di gelar. 

Kerbau yang sudah di berkati di sembelih untuk di santap bersama, sebagian lagi kemudian di bagikan kepada masyarakat bersama itak (beras yang di tumbuk halus tapi tidak di masak.red), kepada 8 Turpuk.

"Daging kerbau ini nantinya dimakan bersama dan sebagian dibagikan kepada warga melalui Raja Turpuk masing-masing," kata Raja Bius I, Liber Pintu Batu.

Ritual seperti ini dikatakan biasanya di gelar rutin, namun terkadang sering terkendala biaya, karenanya Liber Pintu Batu mengapresiasi Pemkab Dairi yang mendukung gelaran acara seperti ini. 

"Selain untuk keberhasilan pertanian, juga untuk kegiatan masyarakat lain seperti perdagangan, kesehatan, pariwisata agar dijauhkan dari mara bahaya" kata Marsiso Sihaloho (70).

Bupati Dairi Eddy Keleng Ate Berutu. (Foto/Rudi)

Bupati Dairi Eddy Keleng Ate Berutu berharap acara- acara seperti ini bisa terus di gelar.

Sebelumnya 24 Oktober 2021 lalu Hahomion Mangasa Tao juga di gelar.

Ritual itu, diharapkan masyarakat Silalahi terhindar dari marabahaya, serta terkhusus kepada para nelayan yang mencari ikan di danau itu, memperoleh keberuntungan.

Bupati berharap setelah Hahomion Martua Omaoma Pagabe Taon hasil panen melimpah. 

" Harapan kita di dengar oleh yang maha kuasa. Kami pemerintah pasti mendukung apa yang di inginkan masyarakat," kata Bupati.

Silalahi dikatakan istimewa di Kabupaten Dairi karena membuat Dairi masuk bagian unesko kaldera Toba. 

"Kita bangga dengan Silalahi karena kita jadi perhatian dunia. Besiknya dari Tuhan. Banyak budaya dan adat istiadat yang harus di lestarikan," sebutnya.

Acara diwarnai dengan misa oleh pemuka agama katholik yang memandu acara. (nd1)