Alfri

Alfri

Halim

Redaksi
Jumat, 19 Februari 2021, 11:43 WIB
Last Updated 2021-12-21T16:06:46Z
LifestyleNasional

Benang Ulos dari Serat Nanas, Demi Peningkatan Perekonomian Penenun

TAPANULI UTARA - Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kabupaten Tapanuli Utara, Satika Simamora mengungkapkan, pihaknya sedang memfokuskan pembuatan benang tenun dengan menggunakan serat nanas sebagai bahan dasar demi peningkatan perekonomian penenun dengan memanfaatkan serat nanas yang tersedia di wilayah Taput.


(Antara)


"Kita sedang fokus dalam pembuatan benang dari serat nanas. Harganya pasti lebih murah, bahan dasar melimpah, dan kain hasil tenunan akan mengilap. Semuanya, secara khusus demi kesejahteraan komunitas penenun Taput," ungkap Satika kepada ANTARA, Jumat, 19 Februari 2021.



Selain sebagai upaya meningkatkan penghasilan penenun, kata Satika, hal tersebut juga merupakan bentuk dukungan atas semangat Menparekraf Sandiaga Salahudin Uno untuk meningkatkan ekonomi kreatif masyarakat di wilayah kawasan Danau Toba melalui Gernas BBI dan tagar BeliKreatifDanau Toba.



Dalam pembuatan benang dari serat nanas, lanjut Satika, bagian nanas yang bisa diolah menjadi bahan benang adalah bagian daunnya yang memiliki lapisan dengan helai-helai serat yang merekat jadi satu oleh semacam lem.



"Dari informasi yang ada, usia terbaik untuk menggunakan serat nanas adalah 1-1,5 tahun setelah ditanam. Jika terlalu muda, serat kain tidak akan kuat, sedangkan jika terlalu tua serat kain juga akan kasar," terangnya.



Kain yang dihasilkan oleh serat nanas, kata Satika, memiliki ciri mengilap dan masih memperlihatkan sulur-sulur. 



"Salah satu faktor yang menguntungkan adalah karena kebutuhan dasarnya terdapat di Taput. Nantinya, kita akan bersinergi dengan beberapa dinas," jelasnya. Satika mengaku berharap banyak akan serat nenas sebagai bahan benang tenun dimaksud segera dapat dimanfaatkan oleh para penenun di Taput.



"Saat ini kita lagi buat proposal ke luar, karena mereka mau bantu kita untuk alatnya. Nantinya, semua bahan baku dan produksinya kita usahakan di Taput sehingga kita tidak perlu lagi membeli kebutuhan tersebut dari luar. Inilah harapan  saya," urainya.



Menurut Satika, keberadaan benang serat nanas akan menjadi solusi demi peningkatan penenun atas kondisi harga benang tenun terkini yang berada di kisaran Rp.180 ribu per kilo. 



Tak hanya itu, Satika juga menilai jika bahan serat nanas yang dipadu pewarnaan alami untuk bahan utama kain dengan hasil yang mengilap akan semakin memperindah tampilan terobosan fesyen berbahan kain ulos. (Ant)