Alfri

Alfri

Halim

Wanseptember

Wanseptember
Redaksi
Rabu, 23 Desember 2020, 13:43 WIB
Last Updated 2021-12-21T16:07:05Z
Kesehatan

Yuk Kenali Anosmia pada COVID-19

 Anosmia pada COVID-19 ditandai dengan hilangnya kemampuan indra penciuman. Gejala ini umumnya muncul sekitar 2–14 hari setelah tubuh terpapar virus Corona. Mengapa anosmia dapat dialami oleh penderita COVID-19? Simak penjelasannya dalam artikel berikut ini.

Istimewa


Anosmia merupakan hilangnya fungsi indra penciuman secara total. Orang yang mengalami anosmia tidak bisa mencium aroma apa pun, baik aroma bunga atau parfum maupun bau tidak sedap, seperti bau busuk dan bau amis.


Sejauh ini, beberapa studi dan laporan kasus menunjukkan bahwa anosmia merupakan salah satu keluhan yang dapat dialami oleh penderita COVID-19, walaupun gejala ini tidak selalu muncul.


Selain infeksi virus Corona, anosmia juga bisa dialami oleh orang yang menderita kondisi lain, misalnya rhinitis, polip hidung, sinusitis, deviasi septum, dan gangguan saraf penciuman.


Penyebab Anosmia pada COVID-19


Anosmia umumnya disebabkan oleh pembengkakan atau penyumbatan di rongga hidung yang membuat bau atau aroma tertentu tidak bisa terdeteksi oleh saraf di dalam hidung. Selain itu, anosmia juga dapat terjadi karena adanya masalah pada sistem saraf yang berfungsi untuk mendeteksi aroma atau bau.


Penyebab pasti mengapa COVID-19 dapat menimbulkan gejala anosmia masih belum diketahui dengan jelas. Namun, ada dugaan bahwa kondisi ini terjadi akibat peradangan di rongga hidung ketika virus Corona atau virus SARS-CoV-2 terhirup masuk ke dalam tubuh melalui hidung.


Saat melewati rongga hidung, virus Corona dapat menyerang sistem saraf yang berfungsi sebagai indra penciuman di dalam hidung. Gangguan inilah yang diduga dapat menyebabkan gejala anosmia pada COVID-19.


Menurut beberapa penelitian, anosmia cenderung muncul di masa awal infeksi dan biasanya akan pulih dalam waktu 28 hari. Anosmia pada COVID-19 juga sering disertai dengan dysgeusia atau gangguan indra pengecap, seperti mulut terasa asam, pahit, asin, atau terasa seperti logam.


Saat mengalami dysgeusia, penderita COVID-19 bisa kehilangan nafsu makan, bahkan penurunan berat badan. Semakin parah anosmia yang terjadi, semakin buruk pula gangguan pada indra pengecap.


Berbagai Gejala COVID-19 Lainnya


Selain menyebabkan anosmia, penyakit COVID-19 juga dapat menimbulkan beberapa gejala lain, seperti demam, batuk kering, sakit kepala, mual, muntah, hingga diare.


Tingkat keparahan gejala COVID-19 pun beragam. Ada penderita COVID-19 yang tidak mengalami gejala apa pun, tetapi ada juga yang mengalami gejala berat, seperti sesak napas, lemas, dan tubuh tampak kebiruan.


Gejala COVID-19 yang berat umumnya lebih berisiko terjadi pada orang yang berusia lanjut atau memiliki penyakit tertentu, seperti diabetes, penyakit jantung, asma, dan HIV.


Kapan Harus ke Dokter?


Di masa pandemi seperti saat ini, Anda perlu waspada jika mengalami gejala COVID-19, termasuk hilangnya kemampuan untuk mencium bau. Anda juga patut lebih berhati-hati apabila memiliki riwayat kontak atau sering bepergian ke tempat ramai.


Jika Anda merasakan gejala anosmia tanpa adanya gejala lain yang berbahaya, segera lakukan isolasi mandiri dan cukupi waktu istirahat, minum air putih lebih banyak, serta konsumsi obat penurun panas, seperti paracetamol, jika mengalami demam.


Namun, jika muncul gejala COVID-19 yang berat, seperti sesak napas atau demam tinggi yang tidak kunjung reda, segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan.


Anosmia pada COVID-19 bukanlah gejala yang berbahaya. Namun, kondisi ini juga tidak boleh diabaikan. Waspadai munculnya gejala-gejala COVID-19 lainnya selama melakukan isolasi mandiri. Bila perlu, periksakan diri ke dokter untuk memastikan apakah gejala anosmia yang Anda alami disebabkan oleh COVID-19.


Sumber: